THE PROMISE

(Suatu Reaction Paper)

Zuryawan Isvandiar Zoebir, Mahasiswa Magister Pembangunan Sosial Universitas Indonesia, Angkatan III, NPM. 8399040304

PENDAHULUAN

Tulisan ini merupakan suatu reaction paper terhadap salah satu bagian dari tulisan C. Wright Mills“The Sociological Imagination” seorang Guru Besar Sosiologi dari Columbia University dan merupakan tugas mata kuliah Perubahan Sosial dan Pembangunan pada Angkatan III MPS-UI yang diberikan oleh Dr. Tamrin A. Tomagola.

Bagian yang diberi judul “The Promise”, merupakan suatu sumbangan pemikiran C. Wright Mills yang sangat bermanfaat bagi para pemerhati sosial dan kaum akademisi dalam upayanya melakukan penelitian, analisis dan penanganan terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi pada diri seseorang (personal trouble) maupun kelompok (public issue).

Adanya pemilahan terhadap permasalahan yang dapat dikategorikan kedalam personal trouble dan public issue tersebut, akan sangat berguna dalam melakukan upaya-upaya penanganan per-masalahannya, oleh karena masing-masing memiliki karakteristik permasalahan tertentu yang sudah barang tentu memerlukan analisis, metode, cara tindak penanganan yang tertentu pula.

Secara lugas penulis memaparkan pentingnya suatu sense of sociological imagination dimiliki oleh setiap pemerhati sosial dan para akademisi, dalam upaya melihat puncak dari gunung es permasalahan sosial, yang ringkasan dan tanggapannya saya uraikan dibawah ini :

RINGKASAN DAN TANGGAPAN

Keterbatasan Pemahaman Seseorang Terhadap Permasalahan-permasalahan Sosial

Secara umum, seseorang tidak memiliki kemampuan untuk memahami secara jelas keterkaitan antara dirinya sebagai pribadi dan sebagai masyarakat. Dengan kata lain, mereka tidak ditakdirkan dapat menangani sendiri persoalan pribadinya, dan lebih jauh ini mengandung arti bahwa tentu ia tidak akan dapat pula mengetahui perubahan-perubahan sosial struktural yang biasanya mengikuti di belakang permasalahan sosial tersebut.

Kebutuhan Nyata Masyarakat Terhadap Penanganan Permasalahan-permasalahan Sosial

Di era globalisasi ini yang dibutuhkan masyarakat ternyata bukan sekedar informasi permasalahan-permasalahan sosial (walaupun hal tersebut lebih sering mendominasi perhatian kita), tetapi lebih jauh dari itu mereka sampai kepada suatu pertanyaan : seberapa jauh kita dapat mengolah informasi permasalahan-permasalahan sosial tersebut sehingga didapatkan solusi-solusi yang nyata dalam penanganannya. Dan bukan pula hanya sekedar memiliki keahlian dalam melakukan penalaran terhadap permasalahan-permasalahan sosial yang dibutuhkan (walaupun upaya menuju arah ini sering sangat menghabiskan tenaga dan daya), sehingga akhirnya hanya tinggal sebagai sebuah menara gading belaka.

Namun, kebutuhan yang sebenarnya dalam konteks ini adalah terciptanya suatu pemikiran yang akan mendorong seseorang khususnya pemerhati sosial dan para akademisi dalam mengolah, mengembangkan atau memanfaatkan informasi permasalahan sosial dan atau sumbangan pemikiran dalam rangka mencapai kesimpulan akhir tentang permasalahan-persoalan apa yang terjadi di sekitar mereka, lokal, regional atau bahkan lebih jauh lagi permasalahan sosial dunia.

Manfaat Sociological Imagination

Sociological Imagination memungkinkan seseorang untuk melakukan pemahaman terhadap puncak es permasalahan suatu pengalaman batin atau fisik setiap individu. Manfaat secara kongkret adalah, pertama mencairnya secara perlahan kebekuan pemahaman terhadap pengalamannya sendiri, sehingga seseorang dapat memprediksikan langkah, waktu dan ruang yang tepat dalam melakukan penyelesaian permasalahannya. Kedua, imajinasi sosiologis memungkinkan kita memahami pula sejarah seseorang atau suatu kelompok masyarakat serta hubungan diantara keduanya.

Ruang Lingkup Sociological Imagination

Secara khusus C. Wright Mills membedakan ruang lingkup sociological imagination, yaitu : Pertama, dalam lingkungan permasalahan diri pribadi seseorang (personal trouble) dan Kedua, dalam struktur sosial masyarakat (public issue). Pembedaan diantara keduanya dirasakan sangat penting, oleh karena dalam melakukan pemahaman dan upaya penanganan permasalahan-permasalahan mendasar dalam ilmu sosial, terlebih dahulu harus dilakukan pemilahan-pemilahan diantara kedua permasalahan tersebut.

Mengidentifikasikan Personal Trouble dan Public Issue dan Kepekaan dalam Penanganannya

Hal pertama yang harus dilakukan adalah, terlebih dulu kita harus memilah apakah suatu nilai pada saat sekarang merupakan hal-hal yang secara umum diterima ataukah sebaliknya. Disini diperlukan kepekaan ekstra para pemerhati dan kaum akademisi sosial untuk memperjelas keberadaan nilai-nilai tersebut dalam masyarakat, dalam tahap inilah akan terlihat peran sociological imagination dalam mengidentifikasi permasalahan sosial sehingga terbentuk alternatif-alternatif solusi kearah penanganan atau bahkan pemecahan-pemecahan permasalahan-permasalahan sosial tersebut.

Tanggapan

Dari uraian di atas terlihat bahwa pengalaman individual seseorang sebenarnya berhubungan dengan tataran societal (dinamika masyarakat) dari waktu ke waktu, dengan kata lain gejala-gejala kemasyarakatan mengejawantahkan diri pada pengalaman individu. Kita adalah imbas dari hubungan masyarakat tersebut.

Sosiologi yang lebih bersifat eksplanasi dan selalu bersifat ex post facto research (senantiasa mendasarkan analisisnya pada pelacakan kebelakang/waktu-waktu yang telah lalu), dalam analisisnya dipertajam dengan apa yang dinamakan sociological imagination.

Seorang pemerhati sosial atau akademisi sosial paling tidak harus memiliki 2 (dua) peralatan utama dalam melakukan analisis-analisisnya : Pertama, ia harus menginventarisasi sebanyak mungkin perbedaharaan teoretik atau konseptual dalam bidang ilmu-ilmu sosial, Kedua, ia pun harus memiliki keterampilan dalam memanfaatkan berbagai metodologi yang dimiliki oleh ilmu-ilmu sosial. Sedangkan peralatan lain yang seyogyianya pula dimiliki oleh seorang pemerhati sosial/akademisi sosial (yang lebih merupakan kemampuan merasakan detak-detak jantung permasalahan sosial yang ada dalam masyarakat-kepekaan empirik) adalah sociological imagination, sehingga dengan alat tambahan ini diharapkan didapatkan suatu pisau analisis yang sangat tajam dalam mengupas dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan sosial.

Sociological imagination, diyakini akan menjadi unsur utama keberadaan ilmu-ilmu sosial, terutama ilmu-ilmu sosial bidang moral dan bersifat faktual, bidang sastra dan analisis politik,dsb yang secara rutin senantiasa memanfaatkan keberadaannya. Dalam berbagai analisis ilmu-ilmu sosial, sociological imagination terbukti telah menjadi ciri penting upaya-upaya intelektual dan kepekaan sosial/budaya. Mungkin inilah yang menyebabkan C. Wright Mills memilih Sub Judul The Promise dalam bukunya, karena pemanfaatan Sociological Imagination memberikan suatu harapan akan hasil yang lebih baik dalam melakukan penganalisisan suatu masalah yang tercakup dalam bidang-bidang ilmu sosial. Semoga.

Bogor, 1 Oktober 1999